Minggu, 13 November 2011

ARTIKEL KAJIAN BUKU TEKS



Kajian Sosiologi dalam Cerita Anak
Oleh : Ludi Kurniawan, S.Pd

            Cerita anak merupakan sebagian dari media ekspresi kelompoknya, yaitu masyarakat anak-anak.  Keberhasilan atau kegagalan produk cerita anak-anak tergantung pada intensi pengarang untuk menjadikan karyanya sebagai media ekspresi yang berjarak.  Cerita anak-anak yang diproduksi oleh orang dewasa dikonsusmsi anak-anak
            Cerita anak merupakan karya orang dewasa.  Dalam proses penciptaan, pengarang mengimajinasikan suatu kehidupan yang jauh sudah dilewatinya, yaitu kehidupan masa kanak-kanak.  Cerita anak ditulis untuk aneka kalangan anak.  Karena memperhitungkan selera sebanyak mungkin kalangan anak.  Sulit rasanya pengarang untuk menulis cerita anak yang sesuai dengan selera anak.  Akan tetapi, kesulitan itu bukan tidak dapat diatasi.
            Kita dapat melihat dipasaran, semakin meluas cerita anak, baik yang asli maupun terjemahan.  Cerita anak merupakan media artistik yang tidak dapat dipungkiri lagi mempunyai ciri-ciri tertentu sesuai dengan budaya pengarangnya. Bahasa dalam cerita anak Indonesia merupakan hasil sebuah proses dialektik yang bertolak dari idiom nasional.  Dalam perjalanannya menjadi karya yang universal, idiom nasional pengarang dan pembaca kelompok pengarang tidak dapat ditinggalkan.  Cerita anak diciptakan oleh pengarang untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan siswa ataupun masyarakat pada umumnya.  Pengarang itu sendiri merupakan anggota masyarkat yang terikat oleh satatus sosial tertentu.  Buku cerita menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan mencakup hubungan antarmasyarakat dengan orang atau manusia dan peristiwa-peristiwa yang terjadi sebagai bahan cerita.
            Untuk mengenal lebih jauh unsur sosiologi dalam cerita anak, dibawah ini disajikan kajian tentang  konteks sosial, cermin masyarakat dan strata sosial dalam cerita anak  Menuai Badai di Lembah Madu, karya Muhamad Saidi.
           
1.      Konteks Sosial Dalam Cerita Anak
Dalam cerita anak “Menuai Badai di Lembah Madu”  dapat diketahui konteks sosial yang digambarkan oleh pengarang.  Pengarang menghadirkan tokoh si Janatama, seekor semut angkrang atau kerengga ketika menjadi patih di tengah masyarakatnya.  Dalam memimpin masyarakat semut angkrang atau kerengga,  si Janatama disegani dan dihormati oleh masyakatnya.  Sehingga apa yang diperintahkan olehnya (si janatama) selalu dilaksanakan, seperti pada kutipan berikut ini :
Rupanya terikan si Janatama di dengar oelh barisan semut pengawal.  Kelompok semut pengawal yang sejak tadi berada di cerukan tunggal kayu dekat lorong menuju sarang daerahnya, segera berdiri si Klengkeng, kepala semut pengawal mengerti bahwa patih Janatama tengah melarang setiap ekor semut keluar dari sarang persembunyiannya (Saidi, 1999:10)  


            Dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang timbul ditengah masyarakat semut angkrang atau kerengga baik itu dalam mempertahankan hidup berupa mencari makanan dan melindungi gangguan yang mengacam kehidupannya, selalu mengutamakan sikap gotong royong, kesetiakawanan yang tinggi dan saling membantu atau kerja sama.  Sehingga permasalahan itu dapat diselesaikan dengan baik
            Si Janatama melindungi masyaraktnya dari berbagai gangguan yang mengancam kehidupannya.  Gangguan pertama yang dialami oleh masyarakat semut angkrang atau kerengga berupa bahaya maut dari burung pelatuk, seperti pada kutipan berikut ini :
Burung pelatuk itu masih mematuk-matukan paruhnya pada tunggal kayu besar, dekat lubang jalan keluar masuknya segerombolan semut.  Ketika beberapa ekor semut keluar dari lorong itu, mereka akan menjadi santapan burung pelatuk pemakan serangga tadi.  Bunyi patukan paruh burung pelatuk itu menggetarkan suasana di dalam ruangan tepat tinggal kelompok jenis semut krengga (accophylla smaragdina) jenis semut berwarna merah dengantubuh berukuran besar dan kaki-kakinya panjang-panjang.  (Saidi, 1999:9)

            Dengan demikian konteks sosial yang memancar dalam cerita ini adalah  pada saat semut angkrang atau kerengga menghadapi berbagai gangguan yang mengancam masyarakat semut berupa gangguan dari burung pelatuk, kedua orang manusia yang akan mengambil telur semut dan saat pengembaraaan si Janata di kerajaan semut polik.

2.      Cermin Masyarakat Dalam Cerita Anak
Cermin masyarakat yang dimunculkan dalam cerita anak Menuai Badai di Lembah Madu, merupakan masyarakat kerajaan semut merah angkrang atau krengga dalam mempertahankan kehidupan dari berbagai gangguan yang mengancamnya, seperti pada kutipan berikut ini :
Sejak peritistiwa yang mendebarkan masyarakat semut angkrang atau krengga semakin meningkatkan kewaspadaanya.  Terutama kelompok semut pengawal setiap waktu mereka hilir-mudik di sekitar istananya memeriksa tempat-tempat yang menjadi penyebab datanya musuh.  Seperti burung pelatuk pemakan serangga yang tiba-tiba menyerang tanpa diketahui dari mana asal datanya.  Mereka tidak menemukan kejanggalan-kejanggalan yang menyebabkan musuh datang tiba-tiba.  Hanya saja, si janatama mulai menduga, istananya yang berada di aas tanggul kayu sangat kentara terlihat oleh musuh dari luar (Saidi, 1999:18)

            Selain masyarakat kerjaaan semut merah angkrang atau kerengga yang digambarkan oleh pengarang juga masyarakat kerjaan semut polik yang keseharian kehidupan dalam sebuah kerajaan, seperti pada kutipan berikut ini :
“Selamat siang Gusti Ratu”, sapa pemimpin semut polik sopan,” Aku membawa sahabat baru ingin kuperkanlkan kepada Gusti Ratu” pemimpin semut polik menunjuk si Janatama, Sahabat baru yang dimaksud,   Ratu semut polik mengeliat.  Ia menatap si Janatama (Saidi, 1999: 80)

            Jadi masyarakat yang tergambar dalam cerita ini adalah masyarakat kerjaaan semut angkrang atau kerangga dan masyarakat kerjaan semut polik.

3.      Fungsi Strata Sosial dalam Cerita Anak
Tingkat masyarakat kerajaan semut yang dilukiskan oleh pengarang meliputi kerajaan semut angkrang atau kerangga dan semut polik.   Strata Masyarakat Kerajaan Semut Angkrang atau Kerangga.  Kerajaan semut angkrang atau kerangga mempunyai tingkat strata sosial dalam bermasyarakat dilingkungan kerajaan.  Strata sosial meliputi; ratu, patih, pengawal utama dan pengawal.
          a.         Ratu, merupakan pemimpin tertinggi dalam kerajaan semut angkrak atau kerangga yang mempunyai fungsi sebagai pemersatu bagi masyarakat kerajaan semut angkrak atau kerangga.  Selain itu juga bertugas untuk bertelur dan melahirkan generasi baru, seperti pada kutipan berikut ini :
Kedua ekor semut pengawal utama tadi menceritakan perjuangannya kepada sang Ratu, karena permintaan sang Ratu sendiri yang ingin mendengar cerita perjuangan mereka langsung dari keduannya.  Dari cerita kedua semut pengawal utama, sang Ratu membatin bawah ditengah masyarakatnya masih banyak pahlawan yang rela berkorban untuk keselamatan bangsanya.  Sang Ratu tidak pernah berpikir tentang istananya.  Bahkan makanannya pun sudah disediakan oleh kelompok smeut kerengga biasa yang setiap hari mencari makanan.  Tugas sang Ratu hanya makan, dan bertelur melahirkan generasi berikut (Saidi, 1999: 17,19)

         b.         Patih, dalam urutan kepangkatan dalam sebuah kerajaan merupakan wakil dari sang pemimpin atau ratu.  Fungsi seorang patih di tengah-tengah masyarakat kerajaan semut angkrang atau kerengga sebagai pengendali dalam memimpin jalannya komponen-komponen yang ada dalam sebuah kerajaan.  Selain itu juga patih bertugas menyeleksi generasi semut untuk diberi tugas sesuai kondisi dan kemampuan semut angkrang atau kerangga, seperti pada kutipan berikut ini :
Si Janatama bertugas menjadikan generasi semut krengga atau angkrang sebagai semut kerengga biasa, pengawal dan pengaman khusus disekitar sarang semut.  Si Janatama menyeleksi setiap generasi semut tadi.  Ada yang dilatih sebagai semut pengawal utama, ada juga yang dilatih sebagai pengawal biasa.  Bagi semut yang memiliki tubh kuat dan kaki tegap,  si Janatama memilihnya menjadi semut pengawal.  Kelompok semut yang bertugas mengasi istana (sarang) sang Ratu adalah mereka yang memiliki tubuh kekar dan bertaring kuat serta mempunyai akal yang cerdik dibandingkan pengawal lainnya.  Kelompok semut tersebut semut yang bertugas menjaga istana Ratu adalah kelompok pengawal utama (Saidi, 1999:11)

          c.         Pengawal Utama, semut kerengga atau angkrang yang menjabat sebagai pengawal utama harus memiliki tubuh kekar dan bertaring kuat serta mempunyai akal yang cerdik atau pandai.  Kelompok semut pengawal utama berfungsi untuk menciptakan keamanan di sekitar istana Ratu.  Sedangkan tugas sehari-hari mengamankan keadaan istana dari serangan musuh, seperti pada kutipan berikut ini:

.... Kelompok semut yang bertugas mereka yang memiliki tubuh kekar dan bertaring kuat serta mempunyai akal cerdik di banding pengawal lainnya.  Kelompok  semut tersebut yang bertugas menjaga istana Ratu adalah kelompok pengawal utama. (Saidi, 1999:11)

         d.         Pengawal Biasa,  Semut pengawal biasa, merupakan semut angkrang atau kerangga yang mempunyai ciri-ciri taring-taringnya tajam dengan kaki-kakinya yang panjang, tegap dan terlihat sangat menakutkan.  Fungsi semut pengawal biasa dalam masyarakat semut angkarang atau kerangga sebagai penjaga keamanan pada semut kerangga biasa mencari makanan, seperti berikut ini :
....Sedangkan semut pengawal bertugas mengawal semut kerangga biasa di tengah mencari dan membawa makan ke istana Ratu.  Kalau ada gangguan diperjalanan, maka semut pengawalah yang akan tampil membela semut kerangga biasa (Saidi, 1999:11)

Selain menjaga keamanan semut kerangga atau angkrang jug membantu pengawal semut utama menjaga istana baru, seperti pada kutipan berikut ini :
Sedangkan kelompok semut pengawal tampak hilir mudik di sekitar istana baru.  Tampaknya mereka melihat-lihat keadaan disekitar istana untuk mengetahui sejauhmana jaminan keselamatan masyarakat semut krengga di istana barunya.  Mereka mengukur kekuatan kalau-kalau ada musuh yang tiba-tiba menyerangnya,  sekaligus berjaga-jaga ketika semut kerengga biasa melaksanakan tugasnya. (Saidi, 1999:25)

          e.         Semut-semut kerangga Biasa,  merupakan lapisan masyarakat yang paling bawah pada kerajaan semut kerengga atau angkrang.  Semut-semut kerengga biasa jumlah sangat banyak dibandingkan dengan semut yang lainnya yang berfungsi sebagai pencari makanan untuk sang Ratu,  seperti pada kutipan berikut ini :
Kemudian si Janatama memerintah dan kelompok semut kerengga biasa untuk menggotong makanan-makanan antara mereka menggotong telur dan larva yang baru keluar dari perut sang Ratu.  Kelompok semut kerengga biasa mulai kelaur darisarangnya dengan membawa makanan telur dan larva.  Tampak barisan semut krengga biasa mulai memanjang, baik tali panjang berwarna merah yang terputus.  (Saidi, 1999:22)

            Berdasarkan kajian unsur sosiologi yang terkandung pada cerita anak Menuai Badai di Lembah Madu, dapat disimpulkan bahwa konteks sosial yang digambarkan dalam cerita anak Menui Badai di Lembah Madu pada saat semut angkrang atau kerengga mempertahankan hidupnya dari berbagai gangguan yang mengancam.  Cermin masyarakat yang tergambar adalah masyarakat kerjaaan semut merah angkrang atau kerangga yang dilukiskan layaknya sebuah kerajaan dalam kehidupan manusia. Sedangkan tingkat sosial yang tercermin dalam cerita anak tersebut merupakan kerajaan semut merah angkrang atau kerengga meliputi: ratu, patih, pengawal utama, pengawal biasa dan semut kerengga biasa.
            Mengingat buku cerita anak banyak manfaatnya selain sebagai hiburan juga kita dapat mengambil hikmah dari  nilai-nilai yang terkandung misalnya nilai sosial berupa gotong-royong, kesetiakawanan yang tinggi dan saling membantu atau kerja sama. Ini sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berkarakter bangsa.

9 komentar:

  1. artikel terus ditingkat tulisan ....

    BalasHapus
  2. artikel ini bagus,karna menerangkan bahwa buku cerita anak banyak manfaatnya selain sebagai hiburan juga kita dapat mengambil hikmah dari nilai-nilai yang terkandung.bias (7a)

    BalasHapus
  3. artikel ini sangat bagus karena di dalam nya terdapat kajian kajian ilmu yang dapat kita petik
    dan kita bisa mengetahui arti maupun isi dari cerita anak

    -SHINTIA DIYA ULHAQ-
    (7A)

    BalasHapus
  4. artikel ini bagus,karna banyak maknanya.reza (7a)

    BalasHapus
  5. artikel ini sangat bermakna dan juga bagus,cocok untuk semua usia.


    (alda weda prasta IX-G)

    BalasHapus
  6. artikel ini bagus cukup menambah wawasan yang luas.


    dippa deprana singgih (IX-G)

    BalasHapus
  7. Artikel ini bagus, karena didalamnya banyak makna yang dapat kita ambil, tidak hanya anak kecil, orang dewasa pun bisa membacanya (Desi Nurannisa IX-E)

    BalasHapus
  8. Artikel ini sangat bagus,diharapkan cerita anak ini semakin meluas di kalangan anak-anak. meskipun cerita anak ini meluas dipasaran,tetapi belum tentu banyak anak yang suka mendengarkan,membaca cerita anak tersebut. melainkan kini mereka lebih asyik mendengarkan,membaca cerita orang dewasa.

    By : Monica Arviana
    Kls : IX - G

    BalasHapus