PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Sesuai
dengan bunyi Undang-undang Republik Indonesia Nomor: 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada BAB I Pasal 1 dinyatakan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Apa yang
diungkapkan dalam UU RI No. 20 tahun 2003 diatas, untuk kemudian dijabarkan
kepada mata pelajaran-mata pelajaran, salah satunya mata pelajaran Bahasa
Indonesia. Dalam kurikulum 2004 mata pelajaran Bahasa Indonesia dijelaskan pula
bahwa dalam penyusunan silabus maupun RPP harus benar-benar memperhatikan
hakikat bahasa dan sastra sebagaimana sarana komunikasi dan pendekatan
pembelajaran yang digunakan keduanya memang saling berkaitan. Pada satu sisi
Bahasa Indonesia merupakan sarana komunikasi dan sastra merupakan salah satu
hasil budaya yang menggunakan bahasa sebagai sarana kreativitas. Jadi memang
sangat tepat jika pembelajaran sastra seharusnya ditekankan pada kenyataan
bahwa sastra merupakan salah satu bentuk seni yang dapat diapresiasi maka
pembelajarannya pun haruslah bersifat apresiatif.
Pembelajaran
musikalisasi puisi di SMP diberikan pada kelas IX. Pada umumnya pembelajarannya
ini dilakukan dengan menugasi siswa berkelompok menyanyikan puisi maupun syair
yang telah tersedia ataupun dibuat oleh guru dan siswa. Biasanya siswa bersama
dengan kelompoknya menemukan sendiri cara menyanyikan puisi/syair yang
ditugaskan guru kepadanya. Sementara itu, guru kurang memberikan penjelasan
yang rinci mengenai menyanyikan puisi/syair itu. Hal ini disebabkan karena
tidak semua guru bahasa pandai menyanyi apalagi mencipta dan mengarasemen lagu
dari puisi/syair. Pada umumnya guru menugaskan saja, kreativitas musikalisasi
puisi semuanya diserahkan kepada siswa. Pembelajaran sastra diberikan pada
semester I di kelas IX. Materi
pembelajaran ini terdapat pada buku pembelajaran Bahasa Indonesia maupun
LKS-nya.
Dalam KTSP
tahun 2004 disebutkan bahwa, “Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia
dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan serta menumbuhkan
apresiasi terhadap hasil karya kesusastraan manusia Indonesia”. Dari uraian itu
dapat ditentukan bahwa pembelajaran kebahasaan bertujuan meningkatkan kemampuan
pemahaman bahasa dan sastra. Dalam hal ini apresiasi musikalisasi puisi
termasuk ke dalam pembelajaran kebahasaan. Pelaksanaan pembelajaran komponen
kebahasaan, pemahaman dan penggunaan bahasa dan sastra disajikan secara
terpadu.
Mengingat
betapa pentingnya tujuan pembelajaran diatas, maka pembelajaran apresiasi
musikalisasi puisi di sekolah harus dapat dilaksanakan semaksimal mungkin.
Melatih keterampilan bermusikalisasi puisi menjadikan siswa SMP terampil dalam
membuat syair/puisi serta memberikan irama lagu sesuai dengan suasana isi
puisi/syair tersebut.
Seperti kita
ketahui bahwa keterampilan membuat puisi/syair serta memberikan irama lagu yang
sesuai dengan suasana puisi bukanlah sesuatu yang mudah, hal tersebut masih
dirasakan kurang, hanya terbatas pada anak-anak yang berbakat dalam kelas
tersebut. Hal tersebut mungkin saja disebabkan oleh ketidakmampuan siswa,
kekurang beranian siswa dalam mengungkapkan gagasannya dalam bentuk syair/puisi
atau mungkin pula disebabkan oleh kekurang bimbingan guru dalam pembelajaran
apresiasi musikalisasi puisi, dapat pula terjadi karena adanya ketidaktepatan
guru dalam memilih teknik pembelajaran.
Kenyataan di
lapangan, masih banyak guru yang memberikan pembelajaran musikalisasi puisi
dengan cara yang kurang tepat. Guru memiliki cara masing-masing dalam
menyajikan pembelajaran musikalisasi ini, hal ini sangat dipengaruhi oleh
kemampuan, pengetahuan, pengalaman dan kreativitas masing-masing guru.
Berhubung pembelajaran apresiasi musikalisasi puisi diberikan dengan segala
keterbatasan guru, maka pada akhirnya siswa SMP kelas IX, Dilihat secara
keseluruhan dari data diatas, maka faktor teknik mengajar guru yang kurang
tepat. Oleh karena itu, dalam pembelajaran apresiasi musikalisasi puisi penulis
akan mencoba menggunakan teknik kerja kelompok terpimpin. Sebagai alternatif
yang dapat ditempuh mengadakan Penelitian Tindakan Kelas tentang pengajaran
apresiasi musikalisasi puisi dengan menggunakan teknik kerja kelompok pada
siswa kelas IX-G di SMP Negeri 33 Bandung.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan
kepada latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi masalah yang timbul
adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana cara pembelajaran
apresiasi musikalisasi puisi?
b. Adakah pengaruh pembelajaran
apresiasi musikalisasi puisi dengan teknik kerja kelompok terpimpin?
Pembahasan Masalah
Masalah
dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dibatasi pada penggunaan teknik kerja
kelompok terpimpin pada pembelajaran apresiasi musikalisasi puisi di kelas IX-B
di SMP Negeri 33 Bandung semester 1 tahun 2013 - 2014.
Rumusan Masalah
Sesuai
dengan identifikasi masalah, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
“Adakah pengaruh hasil belajar
apresiasi musikalisasi puisi dengan menggunakan teknik kerja kelompok terbimbing
pada siswa kelas IX-G di SMP Negeri 33 Bandung”.
Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini
bertujuan untuk:
a. Memperoleh gambaran mengenai cara
pembelajaran apresiasi puisi dengan menggunakan teknik kerja kelompok terpimpin
b. Memperoleh gambaran mengenai
pengaruh penggunaan teknik kerja kelompok terpimpin terhadap apresiasi
musikalisasi puisi.
LANDASAN TEORITIS
Apresiasi Sastra
Pembelajaran apresiasi satra adalah suatu proses interaksi antara guru dan
siswa tentang sastra ( Effendi, 1997:17). Di dalam interaksi tersebut terjadi
proses yang memungkinkan terjadinya pengenalan, pemahaman, penghayatan, dan
penikmatan terhadap karya sastra sehingga akhirnya siswa mampu menerapkan
temuannya didalam kehidupan nyata. Dengan demikian, siswa akan memperoleh
manfaat dari karya sastra yang diapresisaikan.
Berkaitan dengan pemerolehan manfaat, Rahmanto (1988:16) menyatakan bahwa,
“pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya
melihat emat manfaat :
(1)
Membentuk ketrampilan berbahasa;
(2)
Meningkatkan pengetahuan berbahasa;
(3)
Mengembangkan cipta dan rasa; serta
(4)
Menunjang pembentukan watak.
Pengajaran
apresiasi satra, seperti juga pengajaran lain, memiliki tujuan yang ingin
dicapai. Tujuan pembelajaran yang mengandung unsur praktik atau ketrampilan
senantiasa memiliki tiga aspek. Ketiga aspek tersebut adalah pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap, begitu juga halnya dengan pengajaran apresiasi sastra.
Ketiga aspek
tersebut saling mengisi. Pengetahuan menjadi landasan dalam memandu kaerah
tercapainya ketrampilan, dan sikap merupakan akibat tercapainya kedua hal
tersebut. Selanjutnya, sikap juga akan memungkinkan tercapainya pengetahuan dan
ketrampilan baru. Begitulah ketiganya saling bergantung dalam pencapaian tujuan
pembelajaran sastra.
Tujuan
pembelajaran apresiasi satra dalam GBPP bahasa Indonesia untuk SMP pada butir 4
tertulis,”siswa mampu menikmati, menghayati, memahami dan memanfaatkan karya
sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta
meningkatkan pengetahuan berbahasa”. (Depdikbud, 1999:1)
Berkaitan
dengan tuujuan pembelajaran sastra, Rusyana (1982:6) menyatakan bahwa, tujuan
pengajaran sastra adalah untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang
sastra. Tujuan untuk memperoleh pengalaman sastra dibedakan menjadi dua bagian,
yaitu tujuan memperoleh pengalaman dalam mengapresiasi satra dan tujuan
memperoleh pengalaman dalam berekspresi sastra. Rusyana (1982:9) menegasakan
bahwa tujuan untuk memperoleh pengetahuan sastra berjalin erat dengan
tujuan untuk memperoleh pengalaman sastra.
Berdasarkan
rumusan tujuan pembelajaran diatas tersirat kompetensi kompetensi yang harus
dikuasai siswa SMP, yaitu kemampuan siswa menikmati, menghayati, dan memahami
karya sastra. Pengetahuan tentang sastra hanyalah sebagai penunjang dalam
mengapresiasi sastra (Puskur, 2002:12).
Model Musikalisasi Puisi
Musikalisasi
puisi berarti hal menjadikan bersifat musik (Depdikbud, 1989602). Pengertian
umum mengenai musikalisasi puisi yaitu membangun wsuatu komposisi (musik) untuk
sebuah puisi dengan maksud agar pembawaan puisi itu bisa lebih dinikmati.
Musikalisasi puisi seperti yang sudah dilakukan oleh beberapa grup musik,
seperti Bimbo, Ebiet G.AD, R.A.J Sudjasmin dan F.X Soetopo sudah melibatkan
penggunaan melodi yang lebih intens lagi dalam memaknai sebuah puisi, Yonas
(2001:16).
Dalam
hubungannya dengan teori matra, Wellek (1989:208) berpendapat bahwa, notasi
musik akan berhasil diterapkan pada puisi-puisi yang dinyanyikan, tetapi sulit
dipakai untuk jenis-jenis puisi yang mirip percakapan, pidato, atau puisi yang
tidak isokronis. Teoretikus musik dapat membahas matra balada sebagai matra
dipodic, dan bahkan menjelaskan fenomena matra tertentu dengan istilah
sinkopasi.
Akan tetapi
dalam hal puisi yang dinyanyikan, Tjahjono (1988:87) berpendapat bahwa, bila
puisi dinyanyikan, kadar estetis puisi tersebutakan berbeda dengan kadar nada
musikalitas (lagu) sebagai koponen yang lain. Dalam menyanyikan, lagu
akan mendominasi perpaduan tiap-tiap komponen karena dalam nyanyian komponen
lagu akan lebih menonjol daripada lirik. Akibatnya bila puisi dinyanyikan,
kadar estetis puisi itu akan menurun.
Musikalisasi
puisi adalah kegiatan pemakanan puisi dengan memeberikan melodi (lagu) pada
kata-kata yang terdapat pada bait-bait puisi. Pemberian melodi (lagu) pada
sebuah puisi tentu saja berangkat dari tanggapan dari pencitraan seseorang
terhadap puisi yang dibacanya. Puisi "Salju", karya Wing Kardjo,
"Dengan Puisi Aku", karya Taufik Ismail, bahkan sudah lama
dibuat lagu oelh group musik Bimbo dan didokumentasikan dalam bentuk kaset
rekaman. Puisi-puisi eleginya Ebiet G. Ade juga dinyanyikan sendiri oleh
sang pembuat. R.A.J Sudjasmin, dan F.X Soetopo membuat komposisi
lagu/melodi masing-masing untuk puisi "Semangat" (Aku) dan
"Cintaku Jauh Di Pulau", keduanya karya Chairil Anwar, Yonas
(2001:52-56). Dalam hal ini Bimbo dan Ebit G Ade melakukannya untuk dinyanyikan
sendiri dan diperdengarkan kepada khalayak, sedangkan R.A.J Sudjasmin dan F.X
Soetopo melakukannya untuk kepentingan pemilihan Bintang Radio dan Televisi
Nasional, untuk jenis seriosa (klasik). Meskipun berbeda kepentingan, keduanya
melakukan atas dasar yang sama, yaitu lebih memberikan makna pada puisi
yang dilagukannya.
Langkah-langkah
strategis yang bisa digunakan dalam penerapan model pembelajaran musikalisasi
puisi ini antara lain sebagai berikut.
1. Memperkenalkan sebuah puisi yang
tidak terlalu berat bagi siswa untuk menangkap isinya.
2. Memberikan tugas kepada sejumlah
siswa untuk membacakannya atau dengan mendeklamasikan didepan kelas atau
ditengah-tengah (jika ada halaman, taman, atau tempat terbuka lainnya).
3. Guru memperdengarkan kaset rekaman
berisi lagu yang liriknya diambil dari puisi yang diperkenalkan, misalnya
"Sajadah Panjang", karya Taufik Ismail dan Bimbo atau "Berita
Kepada Kawan", karya Ebiet G Ade.
4. Secara berkelompok siswa
mengapresiasi puisi dan berdiskusi tentang unsur-unsur intrinsik puisi yang
sudah diapresiasi.
5. Siswa secara berkelompok menempel
hasil diskusi dipapan sambil menyanyikan lagu dari puisi yang diapresiasi.
6. Bersama-sama dengan guru siswa
merefleksi hasil pembelajaran.
Metode Kerja Kelompok
Metode
kerja kelompok adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan menyuruh
pelajar (setelah dikelompok-kelompokkan) mengerjakan tugas tertentu untuk
mencapai tujuan pengajaran. Merka bekerja sama dalam memecahkan masalah atau
melaksanakan tugas.
Kelebihan metode kerja kelompok :
1. Para siswa lebih aktif tergabung
dalam pelajaran mereka
2. Memungkinkan guru untuk lebih
memperhatikan kemampuan para siswa
3. Dapat memberikan kesempatan pada
para siswa untuk lebih menggunakan ketrampilan bertanya dalam membahas suatu
masalah
4. Mengembangkan bakat kepemimpinan para siswa
serta mengerjakan ketrampilan berdiskusi.
Kelemahan metode kerja kelompok :
1. Kerja kelompok terkadang hanya melibatkan para
siswa yang mampu sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang
2. Keberhasilan strategi ini tergantung
kemampuan siswa memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri-sendiri
3. Kadang-kadang menuntut pengaturan
tempat duduk yang berbeda-beda dan daya guna mengajar yang berbeda pula
Model Inkuiri
Inkuiri
berasal dari bahasa Inggris, inquiry yang secara harfiah berarti penyelidikan.
Piaget dalam Mulyasa (2007:108) menyatakan bahwa model inkuiri umumnya
digunakan untuk pembelajaran ilmu-ilmu pasti. Pada penelitian ini diterapkan ke
dalam pembelajaran menceritakan pengalaman pribadi, mata pelajaran bahasa
Indonesia.
Piaget
dalam Mulyasa (2007:108), menyatakan bahwa model inkuiri merupakan model yang
mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri
secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabanya sendiri, serta menghubungkan
penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, kemudian membandingkan apa yang
ditemukannya dengan penemuan peserta didik lain.
Arends
(2008:205) berpendapat bahwa berbagai program telah dikembangkan berdasarkan
prinsip konstruktivistik child-centered dan dimaksudkan untuk membangun komunitas
belajar yang bebas ancaman, membantu peserta didik membuat pilihan mereka
sendiri dan mengembangkan self-management.
Sanjaya
(2008:196) berpendapat model inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari
dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses
berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan
peserta didik.
Sanjaya
(2007: 196-197) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama model
inkuiri, yaitu:
1)
model inkuiri menekankan kepada aktifitas peserta didik secara maksimal untuk
mencari dan menemukan, artinya mnodel inkuiri menempatkan peserta didik sebagai
sumber belajar. Dalam proses pembelajaran peserta didik tidak hanya berperan
sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka
berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pembelajaran itu sendiri.
2)
seluruh aktifitas yang dilakukan peserta didik diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan
dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Guru hanya sebagai fasilitator dan
motivator belajar peserta didik. Guru dituntut untuk memiliki keterampilan
menggunakan teknik bertanya, karena dalam proses pembelajaran dilakukan melalui
proses tanya jawab antara guru dan peserta didik.
3)
tujuan penggunaan model inkuiri adalah mengembangkan keterampilan berpikir
secara sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan keterampilan intelektual
sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, pembelajaran inkuiri
peserta didik tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi
bagaimana mereka dapat mengunakan potensi yang dimilikinya.
Tujuan
utama pembelajaran melalui model inkuri adalah mendorong peserta didik untuk
dapat mengembangkan dislipin intelektual dan keterampilan berpikir dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan melacak atau menggali untuk mendapatkan
jawaban atas dasar rasa ingin tahu oleh peserta didik.
Model Inkuiri
Terpimpin
Model
inkuiri adalah sebuah model pembelajaran yang mampu menciptakan peserta didik
yang cerdas dan berwawasan. Dengan model ini peserta didik dilatih untuk selalu
berpikir kritis karena membiasakan peserta didik memecahkan suatu masalah
sendiri. Model ini bertujuan untuk melatih keterampilan peserta didik dalam
meneliti, menjelaskan fenomena, dan memecahkan masalah secara ilmiah (Sanjaya
2007, 201-205). Dalam proses inkuiri guru bertindak sebagai fasilitator dan
morivator, narasumber, dan penyuluh kelompok. Peserta didik didorong untuk
mencari pengetahuan sendiri secara terbimbing bukan dijelaskan dengan
pengetahuan. Terpimpin secara harfiah berarti dapat dipimpin.
Kerangka Berpikir.
Penerapan
model musikalsiasai puisi yang dilakukan oleh peneliti dimaksudkan untuk
meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa terhadap puisi. Selain itu, melalui
model ini terjadi interaksi yang sangat baik antara siswa maupun antar siswa
dengan guru baik dalam diskusi kelompok maupun dalam mengapresiasai puisi.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori diatas, dapat
dirumuskan hipotesis tindakan penelitian ini, bahwa dengan menggunakan model
musikalisasi puisi dapat meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa terhadap
karya sastra berbentuk puisi.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan jenis Penelitian Tindakan kelas (PTK) yang
dalam bahasa inggris dikenal dengan Classroom Action Research (CAR).
Pnelitian ini menggunakan model penelitian kualitatif, dengan cara penelitian
dilakukan dengan cermat, dan rinci sehingga dapat mengumpulkan data lengkap dan
dapat menghasilkan informasi yang menunjukan kualitas sesuatu (Arikunto,
2005:3). Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas.
Penelitian
ini dipopulerkan dalam kalangan guru dengan maksud bahwa penelitian tersebut
dapat dilakukan sambil melaksanakan pembelajaran, demi meningkatkan mutu
pembelajaran tersebut. Penelitian tindakan dapat diterapkan dimana saja
sepanjang tidak menyalahi ketentuan dan kriteria yang dikenakan padanya. Ciri
terpenting dari penelitian tindakan adalah bahwa penelitian tersebut merupakan
suatu upaya untuk memecahkan masalah, sekaligus mencari dukungan ilmiah.
Teknik
Pengumpulan Data
Data yang
dikumpulkan meliputi data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif
berkaitan dengan proses pembelajaran, sementara data kuantitatif berkaitan
dengan hasil latihan siswa. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data
berupa lembar penilaian formatif, kerja kelompok, dan lembar observasi. Data
kuantitatif akan diolah melalui analisis deskriptif, sedangkan data kualitatif
akan diolah dalam bentuk paparan narasi yang menggambarkan kualitas
pembelajaran.
Instrumen Penelitian
Untuk
memperoleh data yang diinginkan, maka dalam penelitian ini digunakan instrument
sebagai berikut :
a.
Tes dalam bentuk Essay dan LKS
Hasil laporan dalam pengerjaan LKS
digunakan untuk menentukan tingkat penguasaan dan daya serap siswa terhadap materi yang telah dipelajari
dan ketuntasan belajarnya, sebagai diagnosa dan sebagai input balikan bagi peneliti,
sedangkan LKS digunakan sebagai materi untuk melaksanakan diskusi secara
berkelompok, soal LKS sama dengan soal essay hanya urutan nomor soal dirubah.
b. Pedoman Observasi keaktivan siswa,
digunakan untuk membantu observer dalam menentukan keaktifan siswa
c. Daftar Chek adalah posisi tempat duduk
siswa pada saat melaksanakan proses pembelajaran dan membantu observer dalam
menentukan keaktifan siswa
d. Format keaktivan siswa
e. Angket respon siswa digunakan untuk
mengukur respond an tanggapan siswa terhadap model pembelajaran yang digunakan
oleh peneliti
f. Diskusi balikan antara observer
dengan peneliti
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kondisi Tahap Awal Siswa
Sebelum
tindakan kelas dilaksanakan langkah yang ditempuh peneliti adalah mengetahui
kondisi awal kemampuan siswa. Data ini diperoleh dari hasil wawancara dengan
guru kelas dan guru bidang study yang sama dengan peneliti, bahwa data kondisi
awal siswa didapat dari dokumen yang berupa nilai kemampuan siswa (nilai
ulangan/tugas).
Yang dimaksud dengan tindakan tahap
awal adalah tahapan sebelum menggunakan pembelajaran dengan pemberian Graded Insentive Reward, sedangkan
yang dimaksud dengan tahap akhir adalah tahap perbaikan pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran dengan pemberian Graded Insentive Reward yang meliputi
; tindakan 1 yakni pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran dengan pemberian Graded Insentive Reward, dan tindakan
2 yaitu pembelajaran yang menggunakan
pembelajaran dengan pemberian Graded Insentive Reward dengan mengacu
pada refleksi tindakan 1,
sehingga terdapat penyempurnaan skenario.
Pelaksanaan Tindakan
Kelas
Pelaksanaan
penelitian tindakan kelas ini meliputi beberapa siklus yang berdaur ulang dan
berkelanjutan dari siklus pertama ke siklus berikutnya. Setiap siklus meliputi kegiatan perencanaan
tindakan (planning), implementasi tindakan (acting), observasi (observing), dan
refleksi (reflecting). Setiap siklus dilakukan dengan memberikan tindakan
pelatihan dan diakhiri dengan pembahasan mengenai materi pembelajaran.
Deskripsi Hasil Siklus I
Dalam proses pembelajaran melalui penerapan metode pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa mengenai materi pembelajaran
yang disampaikan oleh guru / peneliti. Menumbuhkan
minat dan meningkatkan hasil nilai siswa dalam keterampilan berbahasa Indonesia
dapat memberikan pengaruh yang positif sehingga siswa merasakan pada dirinya
ada perubahan berupa kemajuan dalam belajarnya karena dirinya telah termotivasi
sehingga hasil nilai menjadi meningkat dan bergairah untuk belajar. Tetapi untuk memastikan apakah aktifitas dari proses pembelajran yang
dilaksanakan ini meningkat maka
perlu dilanjutkan pada siklus II.
Deskripsi Hasil Siklus II
Proses pembelajaran pada
siklus II tidak jauh berbeda dari pelaksanaan siklus sebelumnya yaitu menyusun
rencana, membuat LKS, pedoman observasi untuk
membantu guru dalam menentukan
aktivitas belajar siswa, daftar chek, dll. Semua siswa kelas IX.B SMP Negeri 33
Bandung yang hadir 40 orang. Dengan
melihat hasil rekomendasi pada siklus I, peneliti akan melakukan penyempurnaan
pada siklus II. Pada saat pembukan pelajaran guru memberikan pengarahan ulang
tentang taat cara belajar yang disempurnakan dari siklus I, siklus II ini terjadi
peningkatan minat siswa pada saat mengerjakan LKS, bila dibandingkan dengan
siklus I. Hasil yang diraih siswa pada siklus II ini mengalami peningkatan yang
cukup signifikan. Keteraturan yang diciptakan oleh guru dalam pembelajaran ini
membuahkan hasil positif berupa peningkatan hasil belajar
dari siklus I ke siklus II.
Hasil Penelitian
Hasil tindakan kelas melalui kebenaran
empirik (kebenaran secara teoritik berupa
hipotesis) secara teeoritik kebenaran diperoleh kajian teori, kerangka
berfikir, dan pengajuan hipotesis. Hasil belajar, Dimulai dari masalah yang dihadapi siswa hasil ulangan
nilai rendah dan diakhiri ada perubahan peningkatan hasil belajar
direkomendasiakan belajar dengan
pendekatan
metode pembelajaran dapat meningkatkan nilai rata-rata
75 yang dicapai pada kondisi awal
setelah diadakan tindakan kelas dengan
menggunakan metode pembelajaran. Proses pembelajaran dari kondisi awal ke kondisi akhir
terdapat peningkatan yang semula masih banyak siswa yang pasif, Sebagian besar
siswa tidak berani bertanya
Aktifitas siswa dalam belajar dan
diskusi masih rendah setelah dilakukan tindakan kelas menjadi Siswa yang pasif
sedikit saat kerja kelompok, Sangat sedikit
siswa tidak berani bertanya saat diskusi, Aktifitas siswa dalam diskusi
tinggi. Siswa mendapat pengalaman belajar secara kelompok, berani mengemukakan didepan temanya, bertanggung
jawab, latihan kerja sama, mau menerima kritik dan saran. secara keseluruhan,
pembelajaaran dengan menggunakan metode belajar tuntas dikatakan berhasil, karena dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
Analisa Hasil Penelitian
Pengaruh diterapkannya Model Pembelajaran terhadap aktivitas
siswa
Selama
proses pembelajaran dari tindakan I sampai tindakan II. Aktivitas interaktif
belajar siswa menunjukan pola interaktif
yang aktif dan multiarah. Hampir semua siswa berperan aktif mencari
alternatif jawaban dari setiap soal,
kemudian melaksanakan diskusi, untuk
merumuskan jawaban dari soal-soal yang diberikan kepada setiap
kelompok. Aktivitas siswa dalam menyimak ditunjukan dengan cara mendengarkan
dengan baik penjelasan dari temannya, kemudian memberi tanggapan atau
sanggahan. Aktivitas lain yang mengalami
peningkatan selama penelitian ditunjukan siswa dengan menjawab pertanyaan dari hasil diskusinya,
setelah diskusi berakhir, peneliti tidak mendominasi dalam menjawab pertanyaan siswa, tetapi
dikembalikan pada siswa yang lain. Semua siswa diberi kesempatan menjawab pertanyaan peneliti dan
temannya. Peneliti hanya menyimpulkan semua jawaban yang telah dikemukakan oleh
siswa.
Pengaruh diterapkannya model pembelajaran terhadap hasil pengerjaan tugas siswa
Selama
proses pembelajaran dari tindakan I sampai II, skor hasil pengerjaan tugas
menunjukan adanya peningkatan. Peningkatan itu menunjukan bahwa setiap siswa
telah melaksanakan dan mengikuti tahap-tahap jalannya kegiatan pembelajaran,
serta menunjukan bahwa hampir semua siswa berperan aktif mencari alternative
jawaban dari setiap soal, kemudian melaksanakan diskusi untuk merumuskan jawaban dari soal-soal yang diberikan kepada
setiap kelompok, sehingga pada saat dilaksankan tes mereka bisa menjawabnya
dengan baik. Selain itu proses bimbingan dan arahan selama proses pembelajaran yang dilakukan
guru / peneliti intensif sehingga dalam
mengerjakan tugas siswa tidak mengalami
kesulitan dalam memahami pertanyaan – pertanyaan, mencari informasi yang
dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan tersebut dengan cara
berdiskusi dan menuliskannya pada lembar tugas.
Sikap siswa
Untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran
menggunakan metode pembelajaran ini digunakan angket. Angket
diedarkan pada siswa setelah selesai pelaksanaan keseluruh tindakan. Banyaknya
pertanyaan yang diajukan adalah 10. Para siswa yang belajar dengan
metode ini dimintai pendapatnya tentang metode pembelajaran tersebut dengan
menentukan salah satu pilihan ( ya / tidak ) yang sesuai dengan sikapnya untuk
pertanyaan – pertanyaan yang diajukan. Hasil angket siswa dianalisis dengan
menghitung presentase banyaknya jenis
sikap untuk setiap pernyataan dan hasilnya dirangkum dalam tabel.
Tabel. Presentase Sikap Siswa untuk tiap pertanyaan
NO
|
Pernyataan
|
Persentase
|
|
|
|
Ya
|
Tidak
|
1
|
Pembelajaran seperti
ini meningkatkan
|
|
|
|
minat saya dalam
belajar
|
75.00
|
25.00
|
|
|||
2
|
Model Pembelajaran ini
menghamburkan
|
17.50
|
82.50
|
|
Waktu
|
||
3
|
Pembelajaran yang
dilakukan membosankan
|
22.50
|
77.50
|
4
|
saya sulit memahami
materi dengan
|
22.50
|
77.50
|
|
menggunakan
pembelajaran ini
|
||
5
|
pembelajaran ini
meningkatkan keaktifan
|
92.50
|
7.50
|
|
saya dalam belajar
|
||
6
|
Jika disuruh guru
untuk menjelaskan materi
|
||
|
Yang telah dibahas
saya melakukannya dengan senang hati
|
77.50
|
22.50
|
|
|||
7
|
Pembelajaran ini tidak
berbeda dengan
|
7.50
|
92.50
|
|
pelajaran sebelumnya
|
||
8
|
Dengan menggunakan
model pembelajaran
|
77.50
|
22.50
|
|
ini dapat membantu
saya dalam mengatasi
|
||
|
kesulitan
menyelesaikan soal-soal
|
||
|
Model pembelajaran ini
memperkaya
|
||
9
|
memperdalam serta
memperluas pengetahuan
|
72.50
|
27.50
|
|
Saya dalam memahami
materi pelajaran
|
||
|
|||
10
|
Saya senang jika Guru
|
||
|
mengadakan
pembelajaran dengan model
|
85.00
|
15.00
|
|
pencapaian ini yang
ada hubungannya dengan
|
||
|
pokok bahasan yang
diajarkan
|
Perhitungan presentase tiap
pertanyaan angket diatas dapat dipresentasikan sebagai berikut :
a. Sebagian besar siswa menyatakan
bahwa metode pembelajaran ini dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar
b. Pada umumnya siswa menyatakan bahwa
metode pembelajara ini tidak menghamburkan waktu
c. Pada umumnya siswa menyatakan bahwa
metode pembelajaran tidak membosankan
d. Sebagian siswa mengatakan tidak
sulit memahami materi pelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran
e. Pada umumnya siswa menyatakan bahwa dengan
pembelajaran yang dilakukan dapat meningkatkan keaktifannya
f. Sebagian besar siswa senang jika
disuruh guru untuk menjelaskan materi yang telah dibahas, akan melakukannya
dengan senang hati.
g. Pada umumnya siswa menyatakan bahwa
metode pembelajaran ini berbeda dari biasanya
h. Sebagian siswa menyatakan bahwa
metode pembelajaran ini dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan soal
pelajaran
i.
Sebagian
siswa mengatakan bahwa metode pembelajaran ini memperkaya, memperdalam dan
memperluas pengetahuan siswa dalam memahami materi pelajaran
j.
Pada
umumnya siswa menyatakan bahwa senang bila peneliti menggunakan metode pembelajaran ini yang ada hubungannya
dengan pokok bahasan yang diajarkan.
SIMPULAN DAN
SARAN
Simpulan
Penerapan model pembelajaran Metode Kerja
Kelompok (INKUIRI) secara terpimpin pada pembelajaran Bahasa Indonesia pada
siswa kelas IX – B SMP Negeri 33 Bandung,
dapat meningkatkan hasil belajar siswa tersebut. Hal ini ditunjukkan dari hasil
nilai rata-rata sebelum tindakan dibandingkan dengan hasil nilai rata-rata
sesudah tindakan terjadi peningkatan . Kegiatan penelitian ini adalah penelitian terapan yang
berupa penelitian untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Penelitian ini
menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas. Beberapa hal yang patut
digarisbawahi sebagai simpulan adalah:
Ø Tatacara penggunaan strategi metode pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan
penguasaan dan pemahaman siswa terhadap
materi pembelajaran bahasa Indonesia dengan beberapa tahapan. Tahapan yang
dimaksud adalah: (a) persiapan, (b) Prestasi belajar mengajar, dan (c) tahap
pelakasanaan tindakan.
Ø
Setelah siswa diberi tindakan sebanyak satu kali (dua siklus), kemampuannya menguasai maupun pemahannya terhadap materi dengan
pendekatan pembelajaran tergolong berkategori baik dan sangat (terbaik) tercatat lebih dari
75%.
Eksposisi ini menunjukkan tingkat keberhasilan yang
ditandai dengan telah tercapainya
indikator keberhasilan penelitian, yakni siswa yang memiliki kemampuan
penguasaan materi dan pemahaman sangat baik minimal 75%. Sementara itu,
berdasarkan data yang diperoleh ditujukkan bahwa siswa yang menguasai materi
sudah di atas 85%
Saran-saran
1. Agar memiliki nilai guna yang optimal,
semua hasil penelitian ini harus segera disoialisasikan dan ditindaklanjuti.
Terutama yang berhubungan dengan bagaimana memanfaatkan berbagai strategi
pembelajran
2. Guru-guru Sekolah harus terus
menggiatkan pelaksanaan penelitian tindakan semacam ini, sehingga nantinya akan
diperoleh berbagi strategi dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran, yang
pada akhirnya akan dapat meningkatkan kualitas dan kredibilitas suatu sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1966.
Garis-garis program pengajaran. Jakarta: Depdikbud Hamied, F.A.
1995. Teori skema dan kemampuan analistis dalam bahasa
Indonesia. Yogyakarta: Kanisius
Moelono, A.M. 1990. Kamus besar bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Sujana, A.S.H. 1988. Modul materi
pokok membaca UT. Jakarta: Karunika.
Purwo, B.K. 1979. Pokok-pokok pengajaran
dan kurikulum bahasa Indonesia 1994. Jakarta:
Depdikbud.
Syamsi, K. 2000. Makalah penyusunan
proposal penelitian tindakan kelas. Yogyakarta:
disampaikan pada Pelatihan Demand Driven di SLTPN 1 Sewon, September 2001.
Tarigan, H. 1987. Pengajaran membaca.
Bandung: Ganesa.
Tulalessy, D. 1991. Kompetensi membaca
bulletin pusat perbukuan. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdikbud.
Anderson, P.
2011. Language Skill in Elementary Education. New York: Macmillan
Publishing Co., Inc. Armiza.
Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Chaplin, J.P. 2011. Kamus
Lengkap Psikologi, Terjemahan Kartini Kartono. Jakarta: Rajawali Pers.
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. 2000. Garis-garis Program Pengajaran. Jakarta: Depdikbud.
Gulo, W. 2006. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.
Hamied, F.A. 2000. Teori Skema
dan Kemampuan Analistis dalam Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: Kanisius.
Nurhadi. 2008. Membaca
Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Reality, Tim. 2008. Kamus
Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Reality
Publisher.
Riyanto, Yatim. 2008. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sujana, A.S.H.
2001. Modul materi pokok membaca UT. Jakarta: Karunika.
Suparno, Paul. 2009. Filsafat
Konstrutivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Tampubolon, D.P. 2008. Kemampuan Membaca, Teknik Membaca Efektif dan
Efisien. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca
sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tulalessy, D. 2000. Kompetensi membaca bulletin pusat perbukuan.
Jakarta:
Pusat Perbukuan Depdikbud.