Rabu, 31 Agustus 2016

Jurnal PTK: UPAYA MENINGKATAN KEMAMPUAN BERMUSIKALISASI DALAM PUISI MELALUI PENERAPAN KERJA KELOMPOK SECARA TERPIMPIN PADA SISWA KELAS IX G SMP NEGERI 33 BANDUNG

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Sesuai dengan bunyi Undang-undang Republik Indonesia Nomor: 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada BAB I Pasal 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Apa yang diungkapkan dalam UU RI No. 20 tahun 2003 diatas, untuk kemudian dijabarkan kepada mata pelajaran-mata pelajaran, salah satunya mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dalam kurikulum 2004 mata pelajaran Bahasa Indonesia dijelaskan pula bahwa dalam penyusunan silabus maupun RPP harus benar-benar memperhatikan hakikat bahasa dan sastra sebagaimana sarana komunikasi dan pendekatan pembelajaran yang digunakan keduanya memang saling berkaitan. Pada satu sisi Bahasa Indonesia merupakan sarana komunikasi dan sastra merupakan salah satu hasil budaya yang menggunakan bahasa sebagai sarana kreativitas. Jadi memang sangat tepat jika pembelajaran sastra seharusnya ditekankan pada kenyataan bahwa sastra merupakan salah satu bentuk seni yang dapat diapresiasi maka pembelajarannya pun haruslah bersifat apresiatif.
Pembelajaran musikalisasi puisi di SMP diberikan pada kelas IX. Pada umumnya pembelajarannya ini dilakukan dengan menugasi siswa berkelompok menyanyikan puisi maupun syair yang telah tersedia ataupun dibuat oleh guru dan siswa. Biasanya siswa bersama dengan kelompoknya menemukan sendiri cara menyanyikan puisi/syair yang ditugaskan guru kepadanya. Sementara itu, guru kurang memberikan penjelasan yang rinci mengenai menyanyikan puisi/syair itu. Hal ini disebabkan karena tidak semua guru bahasa pandai menyanyi apalagi mencipta dan mengarasemen lagu dari puisi/syair. Pada umumnya guru menugaskan saja, kreativitas musikalisasi puisi semuanya diserahkan kepada siswa. Pembelajaran sastra diberikan pada semester I di kelas IX.  Materi pembelajaran ini terdapat pada buku pembelajaran Bahasa Indonesia maupun LKS-nya.
Dalam KTSP tahun 2004 disebutkan bahwa, “Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesusastraan manusia Indonesia”. Dari uraian itu dapat ditentukan bahwa pembelajaran kebahasaan bertujuan meningkatkan kemampuan pemahaman bahasa dan sastra. Dalam hal ini apresiasi musikalisasi puisi termasuk ke dalam pembelajaran kebahasaan. Pelaksanaan pembelajaran komponen kebahasaan, pemahaman dan penggunaan bahasa dan sastra disajikan secara terpadu.
Mengingat betapa pentingnya tujuan pembelajaran diatas, maka pembelajaran apresiasi musikalisasi puisi di sekolah harus dapat dilaksanakan semaksimal mungkin. Melatih keterampilan bermusikalisasi puisi menjadikan siswa SMP terampil dalam membuat syair/puisi serta memberikan irama lagu sesuai dengan suasana isi puisi/syair tersebut.
Seperti kita ketahui bahwa keterampilan membuat puisi/syair serta memberikan irama lagu yang sesuai dengan suasana puisi bukanlah sesuatu yang mudah, hal tersebut masih dirasakan kurang, hanya terbatas pada anak-anak yang berbakat dalam kelas tersebut. Hal tersebut mungkin saja disebabkan oleh ketidakmampuan siswa, kekurang beranian siswa dalam mengungkapkan gagasannya dalam bentuk syair/puisi atau mungkin pula disebabkan oleh kekurang bimbingan guru dalam pembelajaran apresiasi musikalisasi puisi, dapat pula terjadi karena adanya ketidaktepatan guru dalam memilih teknik pembelajaran.
Kenyataan di lapangan, masih banyak guru yang memberikan pembelajaran musikalisasi puisi dengan cara yang kurang tepat. Guru memiliki cara masing-masing dalam menyajikan pembelajaran musikalisasi ini, hal ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan, pengetahuan, pengalaman dan kreativitas masing-masing guru. Berhubung pembelajaran apresiasi musikalisasi puisi diberikan dengan segala keterbatasan guru, maka pada akhirnya siswa SMP kelas IX, Dilihat secara keseluruhan dari data diatas, maka faktor teknik mengajar guru yang kurang tepat. Oleh karena itu, dalam pembelajaran apresiasi musikalisasi puisi penulis akan mencoba menggunakan teknik kerja kelompok terpimpin. Sebagai alternatif yang dapat ditempuh mengadakan Penelitian Tindakan Kelas tentang pengajaran apresiasi musikalisasi puisi dengan menggunakan teknik kerja kelompok pada siswa kelas IX-G di SMP Negeri 33 Bandung.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan kepada latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi masalah yang timbul adalah sebagai berikut:
a.       Bagaimana cara pembelajaran apresiasi musikalisasi puisi?
b.      Adakah pengaruh pembelajaran apresiasi musikalisasi puisi dengan teknik kerja kelompok terpimpin?
Pembahasan Masalah
Masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dibatasi pada penggunaan teknik kerja kelompok terpimpin pada pembelajaran apresiasi musikalisasi puisi di kelas IX-B di SMP Negeri 33 Bandung semester 1 tahun 2013 - 2014.
Rumusan Masalah
Sesuai dengan identifikasi masalah, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Adakah pengaruh hasil belajar apresiasi musikalisasi puisi dengan menggunakan teknik kerja kelompok terbimbing pada siswa kelas IX-G di SMP Negeri 33 Bandung”.
Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk:
a.       Memperoleh gambaran mengenai cara pembelajaran apresiasi puisi dengan menggunakan teknik kerja kelompok terpimpin
b.      Memperoleh gambaran mengenai pengaruh penggunaan teknik kerja kelompok terpimpin terhadap apresiasi musikalisasi puisi.


LANDASAN TEORITIS
Apresiasi Sastra
          Pembelajaran apresiasi satra adalah suatu proses interaksi antara guru dan siswa tentang sastra ( Effendi, 1997:17). Di dalam interaksi tersebut terjadi proses yang memungkinkan terjadinya pengenalan, pemahaman, penghayatan, dan penikmatan terhadap karya sastra sehingga akhirnya siswa mampu menerapkan temuannya didalam kehidupan nyata. Dengan demikian, siswa akan memperoleh manfaat dari karya sastra yang diapresisaikan.
          Berkaitan dengan pemerolehan manfaat, Rahmanto (1988:16) menyatakan bahwa, “pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya melihat emat manfaat :
(1)        Membentuk ketrampilan berbahasa;
(2)        Meningkatkan pengetahuan berbahasa;
(3)        Mengembangkan cipta dan rasa; serta
(4)        Menunjang pembentukan watak.
Pengajaran apresiasi satra, seperti juga pengajaran lain, memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan pembelajaran yang mengandung unsur praktik atau ketrampilan senantiasa memiliki tiga aspek. Ketiga aspek tersebut adalah pengetahuan, ketrampilan, dan sikap, begitu juga halnya dengan pengajaran apresiasi sastra.
Ketiga aspek tersebut saling mengisi. Pengetahuan menjadi landasan dalam memandu kaerah tercapainya ketrampilan, dan sikap merupakan akibat tercapainya kedua hal tersebut. Selanjutnya, sikap juga akan memungkinkan tercapainya pengetahuan dan ketrampilan baru. Begitulah ketiganya saling bergantung dalam pencapaian tujuan pembelajaran sastra.
Tujuan pembelajaran apresiasi satra dalam GBPP bahasa Indonesia untuk SMP pada butir 4 tertulis,”siswa mampu menikmati, menghayati, memahami dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan berbahasa”. (Depdikbud, 1999:1)
Berkaitan dengan tuujuan pembelajaran sastra, Rusyana (1982:6) menyatakan bahwa, tujuan pengajaran sastra adalah untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang sastra. Tujuan untuk memperoleh pengalaman sastra dibedakan menjadi dua bagian, yaitu tujuan memperoleh pengalaman dalam mengapresiasi satra dan tujuan memperoleh pengalaman dalam berekspresi sastra. Rusyana (1982:9) menegasakan bahwa tujuan untuk memperoleh  pengetahuan sastra berjalin erat dengan tujuan untuk memperoleh pengalaman sastra.
Berdasarkan rumusan tujuan pembelajaran diatas tersirat kompetensi kompetensi yang harus dikuasai siswa SMP, yaitu kemampuan siswa menikmati, menghayati, dan memahami karya sastra. Pengetahuan tentang sastra hanyalah sebagai penunjang dalam mengapresiasi sastra (Puskur, 2002:12).
Model Musikalisasi Puisi
Musikalisasi puisi berarti hal menjadikan bersifat musik (Depdikbud, 1989602). Pengertian umum mengenai musikalisasi puisi yaitu membangun wsuatu komposisi (musik) untuk sebuah puisi dengan maksud agar pembawaan puisi itu bisa lebih dinikmati. Musikalisasi puisi seperti yang sudah dilakukan oleh beberapa grup musik, seperti Bimbo, Ebiet G.AD, R.A.J Sudjasmin dan F.X Soetopo sudah melibatkan penggunaan melodi yang lebih intens lagi dalam memaknai sebuah puisi, Yonas (2001:16).
Dalam hubungannya dengan teori matra, Wellek (1989:208) berpendapat bahwa, notasi musik akan berhasil diterapkan pada puisi-puisi yang dinyanyikan, tetapi sulit dipakai untuk jenis-jenis puisi yang mirip percakapan, pidato, atau puisi yang tidak isokronis. Teoretikus musik dapat membahas matra balada sebagai matra dipodic, dan bahkan menjelaskan fenomena matra tertentu dengan istilah sinkopasi.
Akan tetapi dalam hal puisi yang dinyanyikan, Tjahjono (1988:87) berpendapat bahwa, bila puisi dinyanyikan, kadar estetis puisi tersebutakan berbeda dengan kadar nada musikalitas (lagu) sebagai koponen yang lain.  Dalam menyanyikan, lagu akan mendominasi perpaduan tiap-tiap komponen karena dalam nyanyian komponen lagu akan lebih menonjol daripada lirik. Akibatnya bila puisi dinyanyikan, kadar estetis puisi itu akan menurun. 
Musikalisasi puisi adalah kegiatan pemakanan puisi dengan memeberikan melodi (lagu) pada kata-kata yang terdapat pada bait-bait puisi. Pemberian melodi (lagu) pada sebuah puisi tentu saja berangkat dari tanggapan dari pencitraan seseorang terhadap puisi yang dibacanya. Puisi "Salju", karya Wing Kardjo, "Dengan Puisi Aku", karya Taufik Ismail, bahkan sudah lama dibuat lagu oelh group musik Bimbo dan didokumentasikan dalam bentuk kaset rekaman. Puisi-puisi eleginya Ebiet G. Ade juga dinyanyikan sendiri oleh  sang pembuat. R.A.J Sudjasmin, dan F.X Soetopo membuat komposisi lagu/melodi masing-masing untuk puisi "Semangat" (Aku) dan "Cintaku Jauh Di Pulau", keduanya karya Chairil Anwar, Yonas (2001:52-56). Dalam hal ini Bimbo dan Ebit G Ade melakukannya untuk dinyanyikan sendiri dan diperdengarkan kepada khalayak, sedangkan R.A.J Sudjasmin dan F.X Soetopo melakukannya untuk kepentingan pemilihan Bintang Radio dan Televisi Nasional, untuk jenis seriosa (klasik). Meskipun berbeda kepentingan, keduanya melakukan atas dasar  yang sama, yaitu lebih memberikan makna pada puisi yang dilagukannya.
Langkah-langkah strategis yang bisa digunakan dalam penerapan model pembelajaran musikalisasi puisi ini antara lain sebagai berikut.
1.      Memperkenalkan sebuah puisi yang tidak terlalu berat bagi siswa untuk menangkap isinya.
2.      Memberikan tugas kepada sejumlah siswa untuk membacakannya atau dengan mendeklamasikan didepan kelas atau ditengah-tengah (jika ada halaman, taman, atau tempat terbuka lainnya).
3.      Guru memperdengarkan kaset rekaman berisi lagu yang liriknya diambil dari puisi yang diperkenalkan, misalnya "Sajadah Panjang", karya Taufik Ismail dan Bimbo atau "Berita Kepada Kawan", karya Ebiet G Ade.
4.      Secara berkelompok siswa mengapresiasi puisi dan berdiskusi tentang unsur-unsur intrinsik puisi yang sudah diapresiasi.
5.      Siswa secara berkelompok menempel hasil diskusi dipapan sambil menyanyikan lagu dari puisi yang diapresiasi.
6.      Bersama-sama dengan guru siswa merefleksi hasil pembelajaran.
Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan menyuruh pelajar (setelah dikelompok-kelompokkan) mengerjakan tugas tertentu untuk mencapai tujuan pengajaran. Merka bekerja sama dalam memecahkan masalah atau melaksanakan tugas.
Kelebihan metode kerja kelompok :
1.      Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka
2.      Memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan kemampuan para siswa
3.      Dapat memberikan kesempatan pada para siswa untuk lebih menggunakan ketrampilan bertanya dalam membahas suatu masalah
4.       Mengembangkan bakat kepemimpinan para siswa serta mengerjakan ketrampilan berdiskusi.
 Kelemahan metode kerja kelompok :
1.       Kerja kelompok terkadang hanya melibatkan para siswa yang mampu sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang
2.      Keberhasilan strategi ini tergantung kemampuan siswa memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri-sendiri
3.      Kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dan daya guna mengajar yang berbeda pula
Model Inkuiri
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris, inquiry yang secara harfiah berarti penyelidikan. Piaget dalam Mulyasa (2007:108) menyatakan bahwa model inkuiri umumnya digunakan untuk pembelajaran ilmu-ilmu pasti. Pada penelitian ini diterapkan ke dalam pembelajaran menceritakan pengalaman pribadi, mata pelajaran bahasa Indonesia.
Piaget dalam Mulyasa (2007:108), menyatakan bahwa model inkuiri merupakan model yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabanya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, kemudian membandingkan apa yang ditemukannya dengan penemuan peserta didik lain.
Arends (2008:205) berpendapat bahwa berbagai program telah dikembangkan berdasarkan prinsip konstruktivistik child-centered dan dimaksudkan untuk membangun komunitas belajar yang bebas ancaman, membantu peserta didik membuat pilihan mereka sendiri dan mengembangkan self-management.
Sanjaya (2008:196) berpendapat model inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan peserta didik.
Sanjaya (2007: 196-197) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama model inkuiri, yaitu:
1) model inkuiri menekankan kepada aktifitas peserta didik secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya mnodel inkuiri menempatkan peserta didik sebagai sumber belajar. Dalam proses pembelajaran peserta didik tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pembelajaran itu sendiri.
2) seluruh aktifitas yang dilakukan peserta didik diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Guru hanya sebagai fasilitator dan motivator belajar peserta didik. Guru dituntut untuk memiliki keterampilan menggunakan teknik bertanya, karena dalam proses pembelajaran dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan peserta didik.
3) tujuan penggunaan model inkuiri adalah mengembangkan keterampilan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan keterampilan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, pembelajaran inkuiri peserta didik tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat mengunakan potensi yang dimilikinya.
Tujuan utama pembelajaran melalui model inkuri adalah mendorong peserta didik untuk dapat mengembangkan dislipin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan melacak atau menggali untuk mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu oleh peserta didik.
Model Inkuiri Terpimpin
Model inkuiri adalah sebuah model pembelajaran yang mampu menciptakan peserta didik yang cerdas dan berwawasan. Dengan model ini peserta didik dilatih untuk selalu berpikir kritis karena membiasakan peserta didik memecahkan suatu masalah sendiri. Model ini bertujuan untuk melatih keterampilan peserta didik dalam meneliti, menjelaskan fenomena, dan memecahkan masalah secara ilmiah (Sanjaya 2007, 201-205). Dalam proses inkuiri guru bertindak sebagai fasilitator dan morivator, narasumber, dan penyuluh kelompok. Peserta didik didorong untuk mencari pengetahuan sendiri secara terbimbing bukan dijelaskan dengan pengetahuan. Terpimpin secara harfiah berarti dapat dipimpin.
Kerangka Berpikir.
Penerapan model musikalsiasai puisi yang dilakukan oleh peneliti dimaksudkan untuk meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa terhadap puisi. Selain itu, melalui model ini terjadi interaksi yang sangat baik antara siswa maupun antar siswa dengan guru baik dalam diskusi kelompok maupun dalam mengapresiasai puisi.
Hipotesis Tindakan
      Berdasarkan kajian teori diatas, dapat dirumuskan hipotesis tindakan penelitian ini, bahwa dengan menggunakan model musikalisasi puisi dapat meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa terhadap karya sastra berbentuk puisi.

METODE PENELITIAN
Desain Penelitian 
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis Penelitian Tindakan kelas (PTK) yang dalam bahasa inggris dikenal dengan Classroom Action Research (CAR). Pnelitian ini menggunakan model penelitian kualitatif, dengan cara penelitian dilakukan dengan cermat, dan rinci sehingga dapat mengumpulkan data lengkap dan dapat menghasilkan informasi yang menunjukan kualitas sesuatu (Arikunto, 2005:3). Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas.
Penelitian ini dipopulerkan dalam kalangan guru dengan maksud bahwa penelitian tersebut dapat dilakukan sambil melaksanakan pembelajaran, demi meningkatkan mutu pembelajaran tersebut. Penelitian tindakan dapat diterapkan dimana saja sepanjang tidak menyalahi ketentuan dan kriteria yang dikenakan padanya. Ciri terpenting dari penelitian tindakan adalah bahwa penelitian tersebut merupakan suatu upaya untuk memecahkan masalah, sekaligus mencari dukungan ilmiah.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan meliputi data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berkaitan dengan proses pembelajaran, sementara data kuantitatif berkaitan dengan hasil latihan siswa. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa lembar penilaian formatif, kerja kelompok, dan lembar observasi. Data kuantitatif akan diolah melalui analisis deskriptif, sedangkan data kualitatif akan diolah dalam  bentuk paparan narasi yang menggambarkan kualitas pembelajaran.
Instrumen Penelitian
            Untuk memperoleh data yang diinginkan, maka dalam penelitian ini digunakan instrument sebagai berikut :
a.           Tes dalam bentuk Essay dan LKS
Hasil laporan dalam pengerjaan LKS digunakan untuk menentukan tingkat penguasaan dan daya serap  siswa terhadap materi yang telah dipelajari dan ketuntasan belajarnya, sebagai diagnosa dan sebagai input balikan bagi peneliti, sedangkan LKS digunakan sebagai materi untuk melaksanakan diskusi secara berkelompok, soal LKS sama dengan soal essay hanya urutan nomor soal dirubah.
b.      Pedoman Observasi keaktivan siswa, digunakan untuk membantu observer dalam menentukan keaktifan siswa
c.       Daftar Chek adalah posisi tempat duduk siswa pada saat melaksanakan proses pembelajaran dan membantu observer dalam menentukan keaktifan siswa
d.      Format keaktivan siswa
e.       Angket respon siswa digunakan untuk mengukur respond an tanggapan siswa terhadap model pembelajaran yang digunakan oleh peneliti
f.       Diskusi balikan antara observer dengan peneliti

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kondisi Tahap Awal Siswa
Sebelum tindakan kelas dilaksanakan langkah yang ditempuh peneliti adalah mengetahui kondisi awal kemampuan siswa. Data ini diperoleh dari hasil wawancara dengan guru kelas dan guru bidang study yang sama dengan peneliti, bahwa data kondisi awal siswa didapat dari dokumen yang berupa nilai kemampuan siswa (nilai ulangan/tugas).
            Yang dimaksud dengan tindakan tahap awal adalah tahapan sebelum  menggunakan  pembelajaran dengan  pemberian Graded Insentive Reward, sedangkan yang dimaksud dengan tahap akhir adalah tahap perbaikan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran dengan pemberian Graded Insentive Reward yang meliputi ;  tindakan 1 yakni pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran dengan pemberian Graded Insentive Reward, dan tindakan 2 yaitu pembelajaran yang menggunakan  pembelajaran dengan pemberian Graded Insentive Reward dengan  mengacu  pada  refleksi tindakan 1, sehingga terdapat penyempurnaan skenario.
Pelaksanaan Tindakan Kelas
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi beberapa siklus yang berdaur ulang dan berkelanjutan dari siklus pertama ke siklus berikutnya.  Setiap siklus meliputi kegiatan perencanaan tindakan (planning), implementasi tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Setiap siklus dilakukan dengan memberikan tindakan pelatihan dan diakhiri dengan pembahasan mengenai materi pembelajaran.
Deskripsi Hasil Siklus I
Dalam proses pembelajaran melalui penerapan metode pembelajaran ini diharapkan  dapat meningkatkan hasil belajar siswa mengenai materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru / peneliti. Menumbuhkan minat dan meningkatkan hasil nilai siswa dalam keterampilan berbahasa Indonesia dapat memberikan pengaruh yang positif sehingga siswa merasakan pada dirinya ada perubahan berupa kemajuan dalam belajarnya karena dirinya telah termotivasi sehingga hasil nilai menjadi meningkat dan bergairah untuk belajar. Tetapi untuk memastikan apakah aktifitas dari proses pembelajran yang dilaksanakan ini meningkat maka perlu dilanjutkan pada siklus II.
Deskripsi Hasil Siklus II
            Proses pembelajaran pada siklus II tidak jauh berbeda dari pelaksanaan siklus sebelumnya yaitu menyusun rencana, membuat LKS, pedoman observasi untuk  membantu guru dalam  menentukan aktivitas belajar siswa, daftar chek, dll. Semua siswa kelas IX.B SMP Negeri 33 Bandung yang hadir 40 orang. Dengan melihat hasil rekomendasi pada siklus I, peneliti akan melakukan penyempurnaan pada siklus II. Pada saat pembukan pelajaran guru memberikan pengarahan ulang tentang taat cara belajar yang disempurnakan dari siklus I, siklus II ini terjadi peningkatan minat siswa pada saat mengerjakan LKS, bila dibandingkan dengan siklus I. Hasil yang diraih siswa pada siklus II ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Keteraturan yang diciptakan oleh guru dalam pembelajaran ini membuahkan hasil positif berupa peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II.
Hasil Penelitian
Hasil  tindakan kelas melalui  kebenaran  empirik (kebenaran secara teoritik berupa hipotesis) secara teeoritik kebenaran diperoleh kajian teori, kerangka berfikir, dan pengajuan hipotesis. Hasil belajar, Dimulai dari  masalah yang dihadapi siswa hasil ulangan nilai rendah dan diakhiri ada perubahan peningkatan hasil belajar direkomendasiakan belajar dengan pendekatan metode pembelajaran  dapat meningkatkan nilai rata-rata 75  yang dicapai pada kondisi awal setelah diadakan  tindakan kelas dengan menggunakan metode pembelajaran.  Proses pembelajaran dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan yang semula masih banyak siswa yang pasif, Sebagian besar siswa tidak berani bertanya  Aktifitas  siswa dalam belajar dan diskusi masih rendah setelah dilakukan tindakan kelas menjadi Siswa yang pasif sedikit saat kerja kelompok, Sangat sedikit  siswa tidak berani bertanya saat diskusi, Aktifitas siswa dalam diskusi tinggi. Siswa mendapat pengalaman belajar secara kelompok, berani  mengemukakan didepan temanya, bertanggung jawab, latihan kerja sama, mau menerima kritik dan saran. secara keseluruhan, pembelajaaran dengan menggunakan metode belajar tuntas dikatakan berhasil, karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Analisa Hasil Penelitian
Pengaruh diterapkannya Model Pembelajaran terhadap aktivitas siswa
            Selama proses pembelajaran  dari  tindakan I sampai tindakan II. Aktivitas  interaktif  belajar siswa menunjukan pola interaktif  yang aktif dan multiarah. Hampir semua siswa berperan aktif mencari alternatif  jawaban dari setiap soal, kemudian  melaksanakan diskusi, untuk merumuskan  jawaban  dari soal-soal yang diberikan kepada setiap kelompok. Aktivitas siswa dalam menyimak ditunjukan dengan cara mendengarkan dengan baik penjelasan dari temannya, kemudian memberi tanggapan atau sanggahan. Aktivitas lain  yang mengalami peningkatan selama penelitian ditunjukan siswa dengan  menjawab pertanyaan dari hasil diskusinya, setelah diskusi berakhir, peneliti tidak mendominasi dalam  menjawab pertanyaan siswa, tetapi dikembalikan pada siswa yang lain. Semua siswa diberi  kesempatan menjawab pertanyaan peneliti dan temannya. Peneliti hanya menyimpulkan semua jawaban yang telah dikemukakan oleh siswa.
Pengaruh diterapkannya model pembelajaran  terhadap hasil pengerjaan tugas siswa
            Selama proses pembelajaran dari tindakan I sampai II, skor hasil pengerjaan tugas menunjukan adanya peningkatan. Peningkatan itu menunjukan bahwa setiap siswa telah melaksanakan dan mengikuti tahap-tahap jalannya kegiatan pembelajaran, serta menunjukan bahwa hampir semua siswa berperan aktif mencari alternative jawaban dari setiap soal, kemudian melaksanakan diskusi untuk merumuskan  jawaban dari soal-soal yang diberikan kepada setiap kelompok, sehingga pada saat dilaksankan tes mereka bisa menjawabnya dengan baik. Selain itu proses bimbingan dan arahan  selama proses pembelajaran yang dilakukan guru / peneliti intensif sehingga dalam  mengerjakan  tugas siswa tidak mengalami kesulitan dalam memahami pertanyaan – pertanyaan, mencari informasi yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan tersebut dengan cara berdiskusi dan menuliskannya pada lembar tugas.
Sikap siswa
Untuk  mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran menggunakan  metode  pembelajaran ini digunakan angket. Angket diedarkan pada siswa setelah selesai pelaksanaan keseluruh tindakan. Banyaknya pertanyaan yang  diajukan  adalah 10. Para siswa yang belajar dengan metode ini dimintai pendapatnya tentang metode pembelajaran tersebut dengan menentukan salah satu pilihan ( ya / tidak ) yang sesuai dengan sikapnya untuk pertanyaan – pertanyaan yang diajukan. Hasil angket siswa dianalisis dengan menghitung  presentase banyaknya jenis sikap untuk setiap pernyataan dan hasilnya dirangkum dalam tabel.

Tabel. Presentase Sikap Siswa untuk tiap pertanyaan
NO
Pernyataan
Persentase


Ya
Tidak
1
Pembelajaran seperti ini meningkatkan



minat saya dalam belajar 
75.00
25.00

2
Model Pembelajaran ini menghamburkan
17.50
82.50

Waktu
3
Pembelajaran yang dilakukan membosankan
22.50
77.50
4
saya sulit memahami materi dengan
22.50
77.50

menggunakan pembelajaran ini
5
pembelajaran ini meningkatkan keaktifan
92.50
7.50

saya dalam belajar
6
Jika disuruh guru untuk menjelaskan materi

Yang telah dibahas saya melakukannya dengan senang hati
77.50
22.50

7
Pembelajaran ini tidak berbeda dengan
7.50
92.50

pelajaran sebelumnya
8
Dengan menggunakan model pembelajaran
77.50
22.50

ini dapat membantu saya dalam mengatasi

kesulitan menyelesaikan soal-soal

Model pembelajaran ini memperkaya
9
memperdalam serta memperluas pengetahuan
72.50
27.50

Saya dalam memahami materi pelajaran

10
Saya senang jika Guru

mengadakan pembelajaran dengan model
85.00
15.00

pencapaian ini yang ada hubungannya dengan

pokok bahasan yang diajarkan

Perhitungan presentase tiap pertanyaan angket diatas dapat dipresentasikan sebagai berikut :
a.       Sebagian besar siswa menyatakan bahwa metode pembelajaran ini dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar
b.      Pada umumnya siswa menyatakan bahwa metode pembelajara ini tidak menghamburkan waktu
c.       Pada umumnya siswa menyatakan bahwa metode pembelajaran tidak membosankan
d.      Sebagian siswa mengatakan tidak sulit memahami materi pelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran
e.        Pada umumnya siswa menyatakan bahwa dengan pembelajaran yang dilakukan dapat meningkatkan keaktifannya
f.       Sebagian besar siswa senang jika disuruh guru untuk menjelaskan materi yang telah dibahas, akan melakukannya dengan senang hati.
g.      Pada umumnya siswa menyatakan bahwa metode pembelajaran ini berbeda dari biasanya
h.      Sebagian siswa menyatakan bahwa metode pembelajaran ini dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan soal pelajaran
i.        Sebagian siswa mengatakan bahwa metode pembelajaran ini memperkaya, memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa dalam memahami materi pelajaran
j.        Pada umumnya siswa menyatakan bahwa senang bila peneliti menggunakan  metode pembelajaran ini yang ada hubungannya dengan pokok bahasan yang diajarkan.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penerapan model pembelajaran Metode Kerja Kelompok (INKUIRI) secara terpimpin pada pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas IX – B SMP Negeri 33 Bandung, dapat meningkatkan hasil belajar siswa tersebut. Hal ini ditunjukkan dari hasil nilai rata-rata sebelum tindakan dibandingkan dengan hasil nilai rata-rata sesudah tindakan terjadi peningkatan . Kegiatan penelitian ini adalah penelitian terapan yang berupa penelitian untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas. Beberapa hal yang patut digarisbawahi sebagai simpulan adalah:
Ø    Tatacara penggunaan strategi metode pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan penguasaan dan pemahaman  siswa terhadap materi pembelajaran bahasa Indonesia dengan beberapa tahapan. Tahapan yang dimaksud adalah: (a) persiapan, (b) Prestasi belajar mengajar, dan (c) tahap pelakasanaan tindakan.
Ø    Setelah siswa diberi tindakan sebanyak satu  kali (dua siklus),   kemampuannya menguasai  maupun pemahannya terhadap materi dengan pendekatan pembelajaran tergolong berkategori  baik dan sangat (terbaik) tercatat lebih dari 75%.
Eksposisi ini menunjukkan tingkat keberhasilan yang ditandai   dengan telah tercapainya indikator keberhasilan penelitian, yakni siswa yang memiliki kemampuan penguasaan materi dan pemahaman sangat baik minimal 75%. Sementara itu, berdasarkan data yang diperoleh ditujukkan bahwa siswa yang menguasai materi sudah di atas 85%
Saran-saran
1.      Agar memiliki nilai guna yang optimal, semua hasil penelitian ini harus segera disoialisasikan dan ditindaklanjuti. Terutama yang berhubungan dengan bagaimana memanfaatkan berbagai strategi pembelajran
2.      Guru-guru Sekolah harus terus menggiatkan pelaksanaan penelitian tindakan semacam ini, sehingga nantinya akan diperoleh berbagi strategi dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kualitas dan kredibilitas suatu sekolah.

            DAFTAR PUSTAKA 
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1966. Garis-garis program pengajaran. Jakarta: Depdikbud Hamied, F.A. 1995. Teori skema dan kemampuan analistis dalam bahasa Indonesia. Yogyakarta: Kanisius
Moelono, A.M. 1990. Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Sujana, A.S.H. 1988. Modul materi pokok membaca UT. Jakarta: Karunika.
Purwo, B.K. 1979. Pokok-pokok pengajaran dan kurikulum bahasa Indonesia 1994. Jakarta: Depdikbud.
Syamsi, K. 2000. Makalah penyusunan proposal penelitian tindakan kelas. Yogyakarta: disampaikan pada Pelatihan Demand Driven di SLTPN 1 Sewon, September 2001.
Tarigan, H. 1987. Pengajaran membaca. Bandung: Ganesa.
Tulalessy, D. 1991. Kompetensi membaca bulletin pusat perbukuan. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdikbud.
Anderson, P. 2011. Language Skill in Elementary Education. New York: Macmillan Publishing Co., Inc. Armiza.
Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaplin, J.P. 2011. Kamus Lengkap Psikologi, Terjemahan Kartini Kartono. Jakarta: Rajawali Pers.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2000. Garis-garis Program Pengajaran. Jakarta: Depdikbud.
Gulo, W. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.
Hamied, F.A. 2000. Teori Skema dan Kemampuan Analistis dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
Nurhadi. 2008. Membaca Cepat dan Efektif.  Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Reality, Tim. 2008. Kamus Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Reality Publisher.
Riyanto, Yatim. 2008. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sujana, A.S.H. 2001. Modul materi pokok membaca UT. Jakarta: Karunika.
Suparno, Paul. 2009. Filsafat Konstrutivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Tampubolon, D.P. 2008. Kemampuan Membaca, Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tulalessy, D. 2000. Kompetensi membaca bulletin pusat perbukuan. Jakarta:
       Pusat Perbukuan Depdikbud.